BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, kita di hadapkan dengan limpahan
perkembangan zaman yang serba canggih dan informasi yang luar biasa oleh awak
media. Hal ini tentu terkait dengan makin banyak, beragam dan canggihnya
industri media informasi dan komunikasi, mulai cetak hingga elektronik. Maka
dari itu Da’i pada zaman sekarang ini menjadi sangat penting bagi masyarakat.
Bila
seseorang pembawa dakwah sudah mengayunkan langkah, berbagai corak manusia yang
akan dijumpainya. Dia akan berhadapan dengan faham-faham dan pegangan
tradisional yang sudah berurat berakar, dengan setengah orang yangn apriari mau
menolak tiap-tiap apa yang baru, dengan orang yang ingin mempertahankan
kedudukan dan gengsinya, dan kawatir kalau-kalau apa-apa yang disampaikan itu
akan merugikaanya, dengan kejahiliannya orang-orang bodoh, yang reaksinya
secara bodoh pula, dengan cerdik cendekiawan yang hanya mau menerima sesuatu
atas dasar hujjah dan keterangan – keterangan yang “nyata”,[1]
dengan orang yang ragu-ragu disebabkan karena pengetahuannya yang serba kepalang
tangung, dsb. Masing-masing itu harus dihadapi tetapi, untuk itu kita ikuti
sabda Rasulullah SAW.
Artinya : Berbicaralah kepada
manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing.(HR. Muslim).
Dalam hadist lain :
Artinya
: Kami diperintah, supaya berbicara kepada manusia menururt kadar akal
(kecerdasan mereka masing-masing. (HR. Muslim).’[2]
Golongan macam apapun yang akan
dihadapi masing-masing menghendaki cara yang mengandung “kemudahan” dan
“kesulitan” sendiri-sendiri.
Pokok persoalan bagi pembawa
dakwah, ialah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi
suatu golongan tertentu dalam satu keadaan dan suasana yang tertentu. Itulah
yang dimaksud dengan hikmah, dalam Al-Qur’an surat An-Nahl : 125.
Artinya
: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Menghadapi
cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dapat berfikir secara kritis, mereka
ini harus dipanggil dengan hikmah yakni dengan alas an-alasan, dengan dalil-dalin
dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akan mereka.[3]
Menghadapi golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara
kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian –pengertian yang
tiinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mauidzah hasanah, dengan anjuran
dan didikan baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difahami. Adapun
menghadapi golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan
tersebut, mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan
bertukar pikiran guna mendorong supaya berfikir secara sehat dengan cara-cara
yang lebih baik.
Dakwah adalah
panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah (Q.S. Yusuf : 108).
Yaitu jalan menuju Islam. Q.S. Ali Imran : 19.
Artinya : Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf : 108).[4]
Artinya :
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (Q.S. Ali Imran
: 19)[5]
Dari sisi lain,
dakwah adalah upaya tiap muslim untuk merealisasikan (aktualisasi / fungsi
kerisalahan dan fungsi kerahmatan.[6]
Fungsi kerisalahan bearti meneruskan tugas Rasulallah (Q.S. Al – Maidah 167), Dalam
menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia (Q.S. Ali Imran 104, 110,
114).
Artinya : Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S.Al-Maidah 67).[7]
Artinya : Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran : 104).[8]
Artinya : Mereka
beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ali Imran : 114.[9]
Adapun fungsi
kerahmatan berarti upaya menjadikan (mengejawantahkan, mengaktualisasikan,
mengoperasionalkan) Islam sebagai rahmat (penyejahtera, pembahagia, memecah
persoalan bagi seluruh manusia. (Q.S. Al-Anbiya' : 107).[10]
Artinya : Dan
tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.
Dakwah berarti upaya
menyediakan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia dalam meniti kehidupan
didalamnya. Dalam kaitan ini dakwah meliputi :
1. Menterjemahkan /
menyebarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep-konsep yanng operasional
disegala aspek kehidupan manusia (bud-sos-ekpol-iptek). Dan
2. Implementasi
konsep-konsep nilai-nilai tersebut dalam kehidupan aktual (individu, keluarga
dan masyarakat).[11]
Dakwah menghendaki
validitas dan aktualitas Islam sebagai sumber konsep untuk mengantisipasi
permasalah yang dihadapi manusia dan untuk menggambarkan budayanya. Dalam
pengertian ini, maka menunaikan tugas dakwah berarti menunaikan juga tugas
kekhalifahan (pengaturan pembangunan).
Dengan demikian
dakwah akan mengantarkan kita kepada tugas-tugas yang meliputi kesadaran yang
amat luas. Sebagai ilustrasi misalnya, dalam pengertian da'I bukan saja
mencakup mubalig.’[12]
(dalam makna yang sempit), malainkan juga mereka akan tekun mengkaji dam
menyebarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep konsep yang secara teknis
mudah dijalankan dalam masyarakat (Operasional). Termasuk juga dalam pengertian
da'i, mereka para pekerja sosial, para penggerak masyarakat, para penyantun
fakir miskin dan anak yatim, para pendidik, pada penulis, dan siapapun yang
kegiatannya itu dalam rangka menterjemahkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Disisi lain, fungsi kerahmatan dakwah juga mengisyaratkan, adanya tuntutan bagi
mereka yang terpanggil sebagai khairu ummah, membuktikan kebenaran islam
sebagai rahmatan lil alamin. Suatu tugas akbar, yakni menterjemahkan Islam
dalam konsep-konsep kehidupan yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang
timbul dalam sistem budaya manusia.
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik unutuk meneliti lebih
lanjut ke dalam sebuah karya ilmiah ( skripsi ) dengan judul “ PRESPEKTIF
MASYARAKAT BANJARSARI TERHADAP DA’I SALAFI DAN DA’I MODEREN ( Studi Analisis Framing di Kecamatan Banjarsari
Kabupaten Lebak Provinsi Banten ) .”
B.
Rumusan Masalah
1.
Adakah perbedaan Da’I Salafi dan Da’I Moderen
2.
Bagaimana pandangan masyarakat terhadap da’i salafi dan da’i
moderen
3.
Bagaimana citra da’I di masyarakat
4.
Bagaimana ideologi masyarakat terhadap Da’I salafi dan da’I
moderen
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui perbedaan Da’I Salafi dan Da’I Moderen
2.
Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap da’I salafi
dan da’I moderen
3.
Untuk mengetahui citra da’I di masyarakat
4.
Untuk mengetahui idiologi masyarakat membingkai berita
publik sengketa pemilihan gubernur dan wakil gubernur Banten pada tahun 2011.
5.
Untuk mengetahui ideologi masyarakat terhadap Da’I salafi
dan da’I moderen.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
secara:
1. Teoritis
Sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
Ilmu Komunikasi dan penyiaran islam dalam memahami model-model pembingkaian
pemberitaan pada media cetak.
2. Praktis
Memberikan manfaat bagi saya sendiri guna menerapkan
analisis framing di dunia dakwah. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang perkembangan metode dakwah dalam suatu media. Dan memahami
ideologi masyarakat.
E. Kerangka pemikiran
Citra
adalah kesan kuat yang melekat pada banyak orang tentang seseorang, sekelompok
orang atau tentang suatu institusi. Seseorang yang secara konsisten dan dalam
waktu yang lama berperilaku baik atau berprestasi menonjol maka akan terbangun
kesan pada masyarakatnya bahwa orang tersebut adalah sosok yang baik dan hebat.
Sebaliknya jika seseorang dalam kurun waktu yang lamamenampilkan perilaku yang
tidak konsisten, maka akan tertanam kesan buruk orang tersebut di dalam hati
masyarakatnya. Dalam perspektif ini maka citra dapat dibangun. Orang yang ingin
memiliki citra baik di dalam keluarganya atau di lingkungannya, maka ia harus
bisa menunjukan sebagai orang baik secara konsisten.
Citra atau kesan terbangun melalui proses komunikasi
interpersonal dimana orang banyak mempersepsi kepada kita atau sebaliknya.
Citra dipersoalkan biasanya hanya pada seseorang yang secara sosial menonjol
kedudukannya. Meski demikian tidak semua perbuatan dipersepsi secara tidak
benar, karena persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Setiap Da’I idealnya merasa sebagai pejuang yang bekerja untuk menyelamat-
kan masyarakat dari bencana dan mengantarnya pada kebahagiaan hakiki. Sebagai
pejuang, maka seorang da’i tak mengenal lelah, tak mengharapkan penghargaan,
dan juga upah. Kebahagiaan seorang da’i adalah apabila ia berhasil membimbing
masyarakat kepada jalan yang benar, yang diridlai Allah. Bagi seorang da’i,
ridla Allah lah yang dicari, oleh karena itu tantangan, hambatan dan bahkan
caci-maki dari masyarakat yang belum bisa menerima dakwahnya diterima dengan
ikhlas, sabar dan dijadikan cambuk perjuangan.
Demikianlah, betapa mulia tugas seorang da’i, ia bersusah payah
demi kebahagiaan orang lain, tetapi pertanyaannya ialah, apakah da’i juga mulia
dalam pandangan masyarakat?
Dalam kehidupan
keseharian, dapat dijumpai kenyataan bahwa tidak semua orang baik dipersepsi
orang baik, tidak semua tugas mulia dipersepsi sebagai kemuliaan. Memberi
nasehat dipersepsi sebagai sok tahu atau mencampuri urusan orang lain,
mengingatkan dipersepsi sebagai penghinaan, dan sebagainya dan sebagainya.
Dengan demikian kerja keras seorang da’i belum tentu dipersepsi sebagai
kebaikan oleh masyarakat mad’u, padahal persepsi mad’u terhadap
da’i mempengaruhi efektifitas dakwahnya.”[13]
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian
adalah cara yang di gunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Peneliti yang penulis lakukukan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu metode
yang mengatur dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan,
variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan
dengan apa adanya.”[14]
Dalam penelitian
deskriptif bentuk yang di amati bias merupakan sikap dan pandangan yang
menggejala sekarang, hubungan antara variable (korelatif) pertentangan dan dua
kondisi atau lebih (komperatif), pengaruh terhadap kondisi atau perbedaan
terhadap fakta. Pada penelitian deskriptif juga tidak melakukan pengontrolan
keadaan saat peneliti berlangsung, seperti pemberian treatmen dan pengontrolan
terhadap penelitian luar.
G.
Sistematika Pembahasan
Bab
pertama terdiri dari 6 sub bab yang meliputi Latar belakang masalah, Rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, Metode
penelitian, Sistematika Penelitian
Bab
kedua berisi tentang kajian teoritis da’i dan analisis framing yang meliputi penyebaran
angket, wawancara dan pandangan pihak PON-PES salafi dan PON-PES moderen, metode
penelitian komunikasi, metode penelitian dakwah, model framing.
Bab
ketiga berisi tentang objek penelitian yang meliputi profil yang di wawancara,
sejarah berdirinya, visi dan misi, perkembangan, struktur organisasi,
Bab
keempat berisi tentang kajian penelitian yang meliputi Analisis Framing prespektif
masyarakat kecamatan banjarsari kabupaten lebak provinsi banten.frame dari
hasil analisis wawancara.
Pada
bab kelima penulis mencoba untuk memberikan kesimpulan serta memberikan saran
dari uraian pada bab bab sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Frof. Dr. Ali Abdul Halim
Mahmud Dakwah Fardiyah metodee membentuk
Pribadi muslim Gema Insan Pers Jakarta 1995
-
Hadis Sahih Al-Zambus Sahih
Cv. Karya Utama Surabaya
-
T.M.
Hasybi Ashshiddiqi, Al-Qur’an Terjemah, Jakarta;depag RI.1995
-
Drs. Moh. Syamsi Hasan Panduan MC Dan Pidato Amelia Surabaya
2006
-
Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,cet.1
( Jakarta; Logos,1997 )
-
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) Arifin
Anwar, Opini Public ( Pustaka
Indonesia,2008 )
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... .
1
B.
Rumusan
Masalah..................................................................................
5
C.
Tujuan
Penelitian...................................................................................
6
D. Manfaat
Penelitian................................................................................
6
E. Kerangka
Pemikiran
............................................................................ 7
F. Metode
Penelitian.................................................................................
8
F.
Sistematika Pembahasan.......................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... .
10
[1]
Frof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud Dakwah
Fardiyah metodee membentuk Pribadi muslim Gema Insan Pers Jakarta 1995
[2]
Hadis Sahih Al-Zambus Sahih Cv. Karya Utama Surabaya
[4]
Ibid 2
[5]
Ibid 2
[6]
Drs. Moh. Syamsi Hasan Panduan MC Dan
Pidato Amelia Surabaya 2006 Cet-1 hal-
[7]
Ibid 2
[8]
Ibid 2
[9]
Ibid 2
[10]
Ibid 2
[11]
Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,cet.1
( Jakarta; Logos,1997 )
[12]
Ibid 1
[13]
http:/citra da’i
[14]
M. Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005)